Ia Meminjam Wajah Puisi dan Enggan Mengembalikannya
I
Gemuruh yang hidup di hatiku kini
Adalah sisa-sisa dari sekam yang belum sempat terbakar
Sedang kau sendiri terus menjadi kesunyian yang akbar
Suar yang selalu kukejar
Pada labirin yang samar
II
Jarum jam tanganku merajuk pelan
Mengajak rinduku untuk datang ke palagan
Sebuah pertempuran tanpa perang
Sebab serdadu-serdadu lebih dulu berpulang
III
Pada akhir puisi ini takkan kutemukan dirimu
Sebab kau tak dilahirkan oleh kata-kata
Namun oleh luka yang sesak di dada
Jatuh cinta katamu adalah saat realitas tak berfungsi sebagaimana mestinya
Apa yang nyata lebih sering muncul di kepala
Tak terduga kapan datangnya pun perginya
Jatuh cinta katamu saat puisi berwujud manusia
Dan takkan kukenali wajahnya